Mencari Solusi Kemacetan di Kota Besar Indonesia

Indonesia, sebagai negara kepulauan tropis, memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah ruah, meliputi surya, hidro, angin, dan geotermal. Pemanfaatan sumber energi bersih dan berkelanjutan ini menjadi kunci bagi ketahanan energi dan pencapaian target emisi. Namun, pengembangan dan implementasinya menghadapi berbagai tantangan signifikan.

Potensi Energi Terbarukan Indonesia: Beragam dan Melimpah

Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat besar, dengan rata-rata penyinaran matahari mencapai 4,8 kWh/m2/hari. Total potensi kapasitas energi surya diperkirakan mencapai 207 GWp. Meski demikian, pemanfaatannya masih sangat rendah, hanya sekitar 150 MW hingga tahun 2022. Rendahnya angka ini sebagian besar disebabkan oleh tingginya biaya investasi awal dan keterbatasan infrastruktur pendukung.

Selain surya, energi hidro juga memegang peranan penting dengan potensi sekitar 75 GW. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 6 GW yang termanfaatkan. Energi hidro dikenal stabil dan dapat diandalkan, namun proyek bendungan besar sering kali menimbulkan isu lingkungan dan sosial. Pengembangan mikrohidro menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan dan sesuai untuk daerah terpencil.

Potensi energi angin di Indonesia, meskipun tidak sebesar negara-negara Eropa, tetap signifikan di beberapa wilayah seperti Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan pesisir selatan Jawa. Kecepatan angin rata-rata di area ini dapat mencapai 6-7 m/s, cukup memadai untuk pembangkit listrik tenaga angin skala komersial. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Sulawesi Selatan, dengan kapasitas 75 MW, menjadi contoh keberhasilan pengembangan energi angin di Indonesia.

Sebagai negara yang berada di jalur “Ring of Fire”, Indonesia memiliki sekitar 40% dari total potensi geotermal dunia, diperkirakan mencapai 28 GW. Sumber energi bersih ini mampu beroperasi secara terus-menerus (24/7). Namun, kapasitas terpasang pembangkit listrik geotermal baru mencapai 2,3 GW. Tantangan dalam pengembangannya meliputi tingginya risiko eksplorasi dan biaya pengeboran yang mahal, meskipun kemajuan teknologi diharapkan dapat meningkatkan investasi di sektor ini.

Tantangan dan Upaya Pemanfaatan Energi Bersih

Pemerintah Indonesia telah menargetkan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025. Target ambisius ini krusial untuk keberlanjutan energi nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai regulasi dan insentif telah diterbitkan guna menarik investasi di sektor EBT, termasuk penyederhanaan perizinan dan skema harga listrik yang kompetitif. Meski demikian, implementasi proyek di lapangan kerap menghadapi kendala birokrasi dan isu pembebasan lahan yang memperlambat kemajuan.

Menurut beberapa pakar energi, “Indonesia harus segera mempercepat transisi energi jika ingin mencapai target net-zero emission pada tahun 2060. Tanpa investasi besar-besaran dan dukungan kebijakan yang kuat, target tersebut akan sulit dicapai.”

  • Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar dari berbagai sumber, termasuk surya (207 GWp), hidro (75 GW), angin (signifikan di beberapa wilayah), dan geotermal (28 GW).
  • Meski potensinya melimpah, pemanfaatan EBT di Indonesia masih rendah, jauh di bawah kapasitas maksimal yang tersedia.
  • Tantangan utama dalam pengembangan EBT meliputi biaya investasi awal yang tinggi, keterbatasan infrastruktur, tingginya risiko eksplorasi (terutama geotermal), serta kendala birokrasi dan pembebasan lahan.
  • Pemerintah menargetkan bauran EBT mencapai 23% pada tahun 2025 dan telah mengeluarkan berbagai insentif untuk mendorong investasi di sektor ini.
  • Diperlukan kolaborasi kuat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta edukasi publik untuk mempercepat transisi energi dan mencapai tujuan keberlanjutan.